Unek-unek ane untuk Jokowi ini sebenarnya bukan hal yang baru dan sudah dilakukan oleh negara seperti Jerman, India dan banyak lagi. Menurut ane udahlah menyuruh juru bicara ngomong tanpa aprofal koordinasi karena justru akan membuat blunder lebih banyak lagi. Juga jubir-jubir kementrian yang tak hendi2nya update diakun personal mereka.
Ane percaya virus ini sembuh dengan sendirinya , hal ini juga saya yakini dengan banyaknya kicauan dan postingan virologi dari banyak negara termasuk indonesia yang banyak sekali bisa kita lihat di google. Saya lebih percaya omongan virologi dalam kasus ini dari pada dokter.
Setelah kita tahu karakter virus itu sendiri dan cara pencegahannya langkah terbaru yang harus dilakukan jokowi dalam keterlambatannya dan kekonyolan pemerintah saat ini dalam mengambil langkah adalah dengan membangun banyak rumasakit darurat dan mengosongkan rumahsakit selain untuk pasien positif yang berat. Order ventilator dll saat ini itu hanya sebuah kemustahilan karena bukan sedekar membuat Dalgona Coffee yang bisa 5 menit jadi. Amerika saja pusing saat ini, bahkan Jerman sendiri yang notabenya adalah negara pembuat ventilator. Heh, Dybala ama Arteta itu positif juga cuma dirumah isolasi diri.
ketika saya melihat video pembicaraan di Youtube dengan salah satu pasien 12 corona yang dinyatan sembuh, apa yang dia ungkapkan sebenarnya sejalan dengan apa yang ane pikirkan. Mereka tidak beda dengan melakukan isolasi diri mandiri bedanya hanya dirumahsakit dan mungkin mendapatkan makanan dan vitamin selama masa imun tubuh berperang melawan virus ini.
Kepanikan yang terjadi saat ini adalah, orang ingin tau status diri mereka ini sebenarnya positif atau tidak dan tanpa informasi yang cukup jelas banyak sebagian dari masyarat ya taunya kalau positif ya harus dirawat di rumah sakit. Sehingga kecemasan ketidak pastian mereka menjadi kepanikan yang terjadi saat ini, tapi ini wajar dan hampir terjadi disemua negara.
Yaudah kita rawat aja mereka tapi jangan ditaruh dirumah sakit, solusinya bagaimana ?
Jokowi sebenarnya hanya perlu meniru apa yang dilakukan india, jerman dan beberapa negara lainnya. Menyiapkan beberapa rumah sakit darurat disetiap propinsi. Ini hal yang sangat mudah dilakukan oleh pemerintah sebenarnya namun butuh koordinasi dengan pusat yang sangat tinggi.
India dan Jerman menggunakan stadion sepakbola untuk membuat rumah sakit darurat. Karena faktor kemungkinan sudah ada listrik, saluran air dll jadi gak perlu ketambahan harus mikirin itu juga, juga karena tempat dll memungkinan mobil lalu lalang buat anter ini itu. Sebenarnya ini juga hal yang sudah dilakukan Jokowi dengan merubah wisma atlit menjadi rs sementara. Namun sepertinya terlihat hanya disana saja, dan ane rasa dengan penyebaran yang sudah seperti ini wisma atlit juga kemungkinan hanya mampu menampung warga jakarta saja.
Di mana Indonesia terdapat 416 kabupaten, 98 kota, 7.094 kecamatan, 8.490 kelurahan, dan 74.957 desa. Langkah paling simpelnya menyiapkan tempat darudat dimana bisa membuat tempat isolasi yang mampu menampung 100 tempat tidur disetiap kelurahan. yang berarti itu nantinya ada ada 709.400 tempat tidur. Bahkan jika itu dilakukan di Jawa masih sangat sangat memungkinan dimana banyak tempat resepsi pernikahan, balai desa, mall atau lapangan jika igin membangun bangunan semi permanen dengan baja ringan dll. Bahkan jika memanfaatkan tempat resepsi ane rasa hanya cukup menyediakan ranjang dan beberapa peralatan medis lainnya.
Jumlah bidan, perawat dan dokter ane rasa sangat banyak, sekarang ini hanya masalah tidak diurai sehingga terasa sangat krodit. masalah lain itu RS tidak hanya mikirin korona. Ada pasien lagi yang dirawat selain itu belum lagi ngurusi orang lairan dll.

Data dari lokadata menyebutkan Jumlah dokter umum Indonesia pada 2019 mencapai 50.198 orang. Sementara, dokter spesialis berjumlah 31.073. Sedang data dari IDI saja bilang ada 168 ribu. dengan 138 ribu dokter umum, selebihnya sekitar 30 ribu dokter spesialis. Ane rasa dokter umum pun cukup bisa kalau hanya mengontrol pasien. itu kita belum ngomongin perawat dll.
tugas yang di 100 ranjang tiap kecamatan itu juga nantinya sembari mengontrol dan makanan serta serep jika diperlukan dan itupun bisa berkoordinasi dengan dengan spesialis yang berkompeten. Jika dirasa ada yang parah tinggal dioper ke RS terdekat. Tidak semua membutuhkan ventilator jadi memilah milah dan mempriotitaskan RS untuk yang memang parah itu sangat penting dilakukan saat ini, di Amerika saja rumah sakit masih sangat kekurangan belum lagi beberapa RS yang bangkrut dan tutup beberapa bulan sebelum 2020 yang seharusnya bisa menampung lumayan banyak pasien.
Jokowi hanya kurang mengurai. Dan 100 tempat tidur itu pun tidak langsung semua digunakanan hanya diisi ketika sudah ada pasien yang dinyatakan posiif dengan memfilter warga satu keluran yang memiliki gejala seperti corona untuk segera melakukan cek sana.
Sangat mustahil mengecek semua warga negara untuk test corona apalagi yang dites hanya sebatas rapit test yang membuang2 waktu, apalagi dinegara yang miskin ini untuk melakukan pengadaan alat test atau membuat atau membelinya.
Momentnya itu saat ini sudah pas semua orang lebih banyak dirumah yang itu bisa memfilter selama 14 hari sebenarnya untuk orang yang positif namun tidak kuat demam dll. Dari pada harus nambah libur lagi makin panjang lagi.
Semakin lama hal ini dilakuakn akan semakin lama memeras lambung buruh harian atau masyarakat rentan miskin.
Untuk saat ini ane termasuk orang yang persetan dengan data positif, sembuh dan mati corona. Lebih realistis di negara miskin seperti indonesia ini anggap saja semua kena semua memulihkan diri selama 14 hari bahkan 1 bulan. Yang gak kuat masukin ke RS sementara kalau makin parah bawa ke RS. Kalau dalam 1 bulan semua orang baik2 saja ya berarti sudah sembuh imumnya sudah terbentuk, sel memorynya sudah keisi data virus corona dan usah masalah kelar.
Sambil nunggu bikin vaksin atau yang lain.
Kalau jokowi tidak melakukan ini semua ane yakin ya akan cuma ngambang gini gini aja tanpa kepastian, kadang masyarakat itu cuma butuh diayomi dengan bukti apa yang sudah dilakukan negara gak butuh informasi yang tidak penting. Tapi ketika anda hanya membaca data positif, sembuh dan mati tiap hari tanpa informasi langkah masih apa yang sudah anda lakukan ya sampai disini saja anda dikenang sejarah dan internet.
Artikel Lainnya :
- Anak IM – Jika Masih Mengambil Apapun dari Orang Lain Hendaknya Tidak Terlalu Tinggi Membahas Agama
- Anak IM Salah Satu Pemegang Nasib Bangsa Ini
- Gojek Bisa Mati, Komuter Sosial Abadi
- Mata Uang Baru Itu Bernama Data
- Selamat Tinggal Teknologi Informasi, Selamat Datang Teknologi Data
- Membangun Keuangan Negara Melalui Internet
- Data Suara Yang Gurih Tapi Ngeri Juga
- Urun Ide Gila Untuk Gerakan Nasinal 1000 Startup Digital
- Microsoft Beli LinkedIn, Data Adalah Uang
- Pemanfaatan Data Sudah Sekeran Cambridge Analytica
Tulisan ane tentang Corona :
- Kapan Pandemi Berakhir ? Corona Tidak Akan Pernah Selesai
- Solusi Memangkas Waktu Menyuntikkan Vaksin Corona
- Masalah Corna dan Penanganannya Yang Terkonyol Memang Hanya di +62
- Kenapa Pemerintah Pusat dan Daerah Tindak Memanfaatkan Tempat Perawatan Pasien Positif Corona di Lokasi Trend Ini
- Sebenarnya Tidak Semua Harus Sama Dalam Corona
- Solusi Untuk Ojek Online Ditengah Krisis Corona Saat Ini
- Inilah Yang Harus dilakukan Jokowi Saat Ini Untuk Mengangani Khasus Corona Covid 19
- Jokowi Terlambat Dalam Penanganan Corona
- Ane Yakin Corona di Indonesia Sangat Banyak
- Zero Kasus Positif Aktif COVID-19 Sebenarnya Adalah Paradoks
- Dokter drh Indro Cahyono Ngilang ?
- Banyak Situs Trevel Yang Akan Mendapatkan Trefik Yang Signifikan Selama Minggu Ini


PODCAST ANE